Pemuda yang Unggul itu bukan Dicari tapi Dibentuk
Menjadi seorang pengurus yang ahli tidak bisa terjadi dalam satu malam. Namun membutuhkan sebuah poses. Oleh karena itu LDII Surabaya mengadakan kegiatan berjudul PESPA KLASIK (Pengajian Semalam Suntuk Penuh Ambisi, Kreatif dan Asik) sebagai ajang pembinaan dan pemantapan pengurus Remaja LDII pada (31/5) hingga (1/6) di Masjid Nashrullah, Tanah Merah.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk memantapkan kembali pemahaman para pengurus terkait jobdesk mereka, serta membentuk sikap dan budi pekerti yang baik sebagai seorang pengurus.
“Seorang pengurus itu harus bisa menjadi contoh yang baik, karena pengurus adalah seorang pelopor,” ujar M. Haryono salah satu pemateri pada kegiatan tersebut.
Haryono juga menjelaskan bahwa seorang pengurus itu tidak boleh mundur saat dicaci dan maju saat dipuji. Apalagi hanya semangat saat dalam keadaan ramai dan lemah saat keadaan sepi. Harus memiliki sikap greget di setiap waktu.
“Seorang pengurus itu harus memiliki sikap profesional. Tidak mencampurkan dengan urusan pribadinya,” ujarnya.
Selain itu, pengurus yang baik harus memiliki sifat zuhud namun tidak pelit. Serta hati yang nyegoro, hati yang ikhlas, hati yang lapang.
“Pengurus itu harus memiliki sifat yang loyal dan dermawan. Tapi jangan sampai boros. Harus bisa memilah dan memfungsikan keuangan secara bijak,” terangnya.
Haryono juga memberikan arahan kepada para Pengurus Remaja LDII Korda Surabaya Utara yang hadir tentang 4 langkah kerja, yakni rencana, kerja, kontrol dan evaluasi. Serta harus memiliki goal seat yang jelas. Supaya tidak hanya menjadi seorang pengurus yang hanya setor nama saja. “Ubah kerja keras menjadi kerja cerdas,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama. Munawar Amin Jauhari selaku pemateri dalam kegiatan tersebut juga menegaskan bahwa menjadi seorang pengurus itu harus memiliki hati yang sak dermo.
“Sak dermo itu berbuat sesuatu dengan niat karena Allah. Tidak seenak sendiri dan tidak asal-asalan dalam mengerjakannya,” jelas Munawar.
Karena dengan memiliki hati yang sak dermo, maka pekerjaan yang berat akan terasa ringan. “Jangan mudah sambat dan putus asa. Karena itu akan membuat pekerjaan ringan terasa berat,” imbuhnya.
Diakhir sesi kegiatan, Amrodji yang juga pemateri pada kegiatan itu menuturkan bahwa belajar itu butuh proses, butuh waktu dan butuh tenaga. Tidak tiba-tiba menjadi ahli. Dalam prosesnya harus sabar.
“Tidak mungkin seseorang itu mampu menyerap suatu ilmu hanya dalam waktu sejenak saja. Pasti butuh proses,” tuturnya.
Amrodji juga berharap melalui kegiatan ini para pengurus dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
“Pemuda yang unggul itu bukan dicari tapi dibentuk,” ujarnya. (ysy)