Tingkatkan Profesionalisme Pengurus dan Memahami Pakaian Syar’i melalui Sarasehan
Dalam rangka memberikan pengetahuan tentang jobdesk seorang pengurus dan penjelasan mengenai bab pakaian syar’i, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Surabaya menggelar kegiatan sarasehan dengan tema “Membangun Generasi Sholihah Berakhlakul Kharimah dan Berdaya” pada Minggu (2/2) di masjid Sabilul Muttaqin. Acara ini dihadiri oleh 45 Pengurus Remaja Putri LDII Surabaya.
Acara dimulai dengan sambutan dari Pengurus Remaja Putri LDII Surabaya, Sania Taraska, yang menyampaikan pentingnya peran setiap anggota pengurus mampu memahami terkait jobdesk yang dimiliki dan mengembangkan kegiatan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan peran seorang wanita.
“Banyak kegiatan atau acara yang dapat diadakan dengan tema wanita, contohnya cooking class, beauty class, dan lain sebagainya,” ujar Sania.
Sania mengutarakan bahwa selain untuk sarasehan dan penjelasan tentang pakaian syari. kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mempererat tali silaturrachim para pengurus remaja LDII yang ada di Surabaya.
“Mungkin disini ada yang sudah kenal, atau bahkan baru kenal. Tidak apa-apa karena disini kita bisa mempererat tali silaturrachim dan juga menyamakan persepsi tentang bagaimana tugas seorang pengurus itu,” sahut Sania.
Dalam sesi selanjutnya kegiatan diisi oleh Diva Amalia Zahra selaku pemateri, ia memapaparkan secara rinci tentang pembagian tugas dan tanggung jawab seorang pengurus sesuai dengan jobdesknya masing-masing, Seperti bagian Ketua, Wakil, Sekretaris dan bendahara, serta bagaimana masing-masing divisi dapat berkontribusi secara maksimal dalam mendukung suatu kegiatan.
“Seseorang bisa menjadi profesional karena dia tau apa jobdesknya. Jadi jangan sampai karena tidak paham tugasnya jadi tidak berkontribusi,” terang Diva.
Diva juga menyampaikan bahwa menjadi seorang pengurus itu selain harus memahami mengenai jobdesknya juga harus memahami cara memakai pakaian yang benar sesuai syariat islam, terkhusus untuk seorang wanita.
“Pengurus itu menjadi panutan bagi masyarakat, kalau pakaian kita tidak sesuai standart syariat islam, maka itu terkesan kurang pas,” imbuh Diva.
Sesi berikutnya, acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bab pakaian syari oleh Fitri Wulandari. Dalam penjelasannya, ia menguraikan definisi pakaian syar’i yang sesuai dengan ajaran Islam, yakni pakaian yang menutup aurat, tidak transparan, dan tidak ketat, serta menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ia juga memberikan contoh beberapa jenis pakaian yang dapat dipakai oleh wanita muslimah yang sesuai dengan syariat, serta menjelaskan pentingnya niat dan kesadaran dalam berpakaian sesuai dengan ajaran agama.
“Menjadi seorang muslimah itu tidak boleh memakai pakaian secara sembarangan, tapi harus sesuai dengan tuntunan agama islam,” jelas Fitri.
Dalam penjelasannya Fitri juga menekankan bahwa berpakaian syariat pun masih tetap bisa tampil modis. Tergantung bagaimana cara seseorang itu dalam menempatkan diri serta pakaian yang dipakainya, apakah sudah sesuai atau belum.
“Berpakaian syar’i itu akan terlihat lebih cantik dan dihormati oleh orang lain, serta tidak kuno,” imbuhnya.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar penerapan pakaian syar’i dalam kehidupan sehari-hari. Peserta sangat antusias mengikuti acara ini karena merasa sangat terbantu dalam memahami lebih jauh tentang kewajiban berpakaian syari dan bagaimana menjalankan tugas sebagai pengurus keputrian dengan baik.
Dengan adanya sarasehan ini, diharapkan para pengurus keputrian dapat menjalankan tugasnya dengan lebih profesional dan memahami pentingnya berpakaian syar’i dalam kehidupan sehari-hari. (ysy)